Powered By Blogger

Kamis, 24 Oktober 2013

Intervensi Medis pada proses bersalin

Tidak ada yang bisa memprediksi bagaimana kondisi ibu ketika melahirkan nanti. Setiap pengalaman melahirkan bersifat unik. Intervensi pada proses bersalin adalah suatu tindakan yang direkomendasikan oleh petugas kesehatan untuk mencegah atau mengatasi situasi yang terjadi pada proses bersalin ibu. Untuk itu, penting bagi ibu untuk mengetahui jenis intervensi yang biasa ditawarkan oleh dokter atau bidan. Ibu dapat menanyakan intervensi apa yang secara rutin diberikan dan segala yang menjadi perhatian ibu. Berikut penjelasan beberapa intervensi selama bersalin diantaranya induksi, IV, fetal monitor, amniotomi (amniotomy) atau memecahkan ketuban , serta penggunaan forceps dan vacuum extractor.

Induksi dan ugmentasi persalinan

Induksi merupakan tindakan menstimulasi agar proses persalinan dapat segera dimulai. Persalinan ibu mungkin akan diinduksi karena beberapa alasan medis seperti pre-eklampsia atau diabetes, atau ibu tidak dapat melanjutkan kehamilan karena berisiko untuk ibu atau bayi atau keduanya. Selain itu, juga terdapat beberapa kondisi fetal yang membutuhkan tindakan induksi, seperti bayi tidak tumbuh dengan baik dalam rahim, plasenta yang tidak berfungsi secara efektif, atau situasi ketika kantung amniotic (ketuban) ibu pecah namun belum mengalami kontraksi dalam waktu 24 jam. Ibu juga mungkin membutuhkan induksi ketika due date atau hari perkiraan lahir (hpl) sudah lewat namun belum ada tanda-tanda rahim dan bayi siap untuk lahir. Di Amerika, sekitar 20 persen persalinan dibantu dengan induksi.

Induksi umumnya dilakukan dengan obat melalui intravenous yang disebut pitocin. Berdasarkan kondisi serviks (mulut rahim), petugas kesehatan akan langsung memberikan pitocin atau sebelumnya memberikan gel prostaglandin atau suppository (supositori) untuk melunakkan serviks. Induksi biasanya lebih sukses pada serviks yang telah dilunakkan terlebih dahulu.

Pitocin merupakan bentuk sintetis dari oxytocin, yaitu hirmon yang diproduksi tubuh untuk menstimulasi kontraksi rahim. Pemberian pitocin akan menimbulkan kontraksi yang berdekatan dan terasa lebih intens dari kontraksi natural. Oleh karena itu, kandungan ibu harus dimonitor menggunakan fetal monitoring secara terus-menerus untuk mengawasi keadaan bayi.

Jika petugas kesehatan menyarankan induksi, coba lakukan diskusi terlebih dahulu untuk mendapat penjelasan mengenai alasan dan risiko yang akan dihadapi ibu dan bayi. Beberapa risiko yang perlu ibu ketahui diantaranya induksi yang gagal, meningkatkan risiko operasi Caesar (terutama jika ini adalah kehamilan pertama dan serviks ibu masih belum siap), meningkat risiko stres pada bayi, serta hiperstimulasi pada rahim.

Amniotomy (Amniotomi)

Amniotomi merupakan tindakan untuk memecahkan ketuban, yaitu membuka selaput amnion dengan cara membuat robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan di dalam amnion. Prosedur ini biasanya berjalan cepat, kantung amniotik dirobekkan dengan alat plastik yang dimasukkan melalui mulut rahim dan dicabut dengan cepat.

Ketuban pecah tidak selalu merupakan tanda-tanda awal persalinan.Pecah ketuban dapat terjadi kapan saja bahkan saat di akhir proses bersalin. Terdapat kondisi ketika air ketuban belum keluar sementara kepala bayi sudah mulai turun. Dalam hal ini, amniotomi diperlukan untuk mengosongkan kantung ketuban sehingga kepala bayi dapat lebih memberikan tekanan ke mulut rahim dan membantu bukaan. Tidak ada jaminan tindakan ini memberikan hasil sesuai yang diharapkan, namun memecahkan ketuban akan membantu menghindari intervensi selanjutnya. Bagaimanapun, jika amniotomi disarankan hanya karena ketuban sudah seharusnya pecah, sebaiknya ibu tunggu dulu.

Intravenous Fluid (IV)

IV merupakan singkatan dari Intravenous yang berarti di dalam vena (saluran darah). Jarum digunakan untuk menempatkan pipa plastik (kateter) ke saluran darah. Apakah ibu akan diberikan IV atau tidak tergantung kebijakan rumah sakit. Banyak rumah sakit secara rutin akan memberikan IV. Jika ibu tidak menginginkan IV, pastikan untuk menanyakan pada petugas kesehatan di rumah sakit tersebut sebelumnya. IV tidak hanya membantu menyediakan cairan, tapi juga sebagai persiapan jika terjadi emergensi selama proses bersalin, akses ke pembuluh darah ibu dapat segera dilakukan dengan cepat.

Monitor Fetal (Fetal Monitoring)

Detak jantung bayi selama persalinan merupakan indikator bagaimana toleransi bayi terhadap proses bersalin. Ketika detak jantung bayi terdengar normal, yaitu 120-160 beat per menit, artinya bayi mendapatkan cukup oksigen dari aliran darah ibu. Petugas kesehatan akan mengawasi adanya berbagai abnormal detak jantung bayi sebagai indikasi menurunnua asupan oksigen bayi.

Fetal monitoring elektronik merupakan peralatan ultrasound dengan sabuk yang melingkari perut ibu yang terkoneksi ke monitor untuk merekam detak jantung bayi serta kontraksi ibu.

Jika dibutuhkan informasi lebih detail terhadap detak jantung bayi, petugas kesehatan akan merekomendasikan untuk menempatkan suatu elektroda internal di kepala bayi.


Forcep dan Vacuum Extractor


Ada kalanya pada tahap mendorong bayi sudah begitu dekat dengan kelahiran, namun mengalami kendala untuk keluar dari vagina ibu. Hal ini bisa terjadi karena ibu sudah terlalu lelah untuk mendorong dan lainnya. Ada waktunya petugas kesehatan akan merekomendasikan untuk menggunakan instrumen seperti forceps atau vacuum extractor. Kedua instrumen tersebut jarang digunakan (kurang dari 5 persen kelahiran).

Risiko dari penggunaan vacuum extractor yaitu bayi dapat mengalami memar dan bengkak karena hisapan dari vacuum. Bengkak pada kepala bayi juga bisa merupakan akibat tekanan dari mulut rahim dan saluran lahir. Bengkak ini biasanya akan berkurang dalam waktu 2 hari.

Ada kasus ketika seorang ibu telah melewati waktu 3 jam untuk mendorong, sehingga diharuskan untuk menggunakan alat bantu. Forceps yaitu alat yang ditempatkan disekitar kepala bayi dan digunakan untuk menarik bayi keluar dari vagina ibu.Forceps merupakan pilihan yang tepat ketika operasi Caesar adalah satu-satunya pilihan lain. Sama seperti vacuum, forceps merupakan alat yang aman untuk persalinan, namun ibu perlu membicarakan ini dengan petugas kesehatan untuk mengetahui risikonya.

Episiotomy (Episiotomi)

Episiotomi merupakan tindakan menggunting perineum ibu untuk melebarkan vagina supaya memudahkan kelahiran. Beberapa episiotomi dilakukan untuk menghindari robekan yang lebih sulit untuk diperbaiki. Namun tindakan ini tidak rutin dilakukan, petugas akan menentukan kapan waktu yang tepat. Episiotomi juga mungkin dilakukan jika bayi hampir keluar, namun mengalami fetal distress. Gerakan mendorong ibu menyebabkan bayi mengalami kelelahan. Ada saatnya ketika bayi tidak dapat lagi menolerasi dorongan ibu, maka petugas kesehatan akan segera melakukan episiotomi untuk segera mengeluarkan bayi.

Tanyakan pada petugas kesehatan seberapa sering dilakukan episiotomi di rumah sakit tersebut dan alasan potensial dari tindakan tersebut. Jika ibu memilih perineum robek secara natural, yang dapat memberikan jahitan lebih sedikit atau bahkan lebih banyak, pastikan hal itu pada petugas kesehatan. Yakinkan diri ibu bahwa ibu tidak akan mengalami robekan, hal ini merupakan alasan yang bagus untuk menghindari episiotomi.

Setelah membaca ini, ibu mungkin akan merasa bahwa proses bersalin sebenarnya tidak ada yang normal. Namun bagaimanapun kebanyakan wanita yang sehat telah melahirkan dengan sukses tanpa intervensi medis.

Mengetahui prosedur-prosedur diatas penting untuk memberikan perasaan lebih siap pada ibu agar pada waktu proses bersalin ibu akan dapat mendiskusikan pilihan-pilihan yang ditawarkan petugas kesehatan secara lebih rasional. Ingat, selalu diskusikan dengan baik pilihan-pilihan dengan petugas kesehatan, jika perlu minta waktu untuk bicara secara pribadi dengan partner ibu, kecuali jika situasi telah darurat. Banyak pilihan non medis yang dapat ibu coba terlebih dahulu. Misalnya, jika proses bersalin dinyatakan melambat, sebelum pitocin, ibu dapat meminta untuk melahirkan sambil mandi atau menggunakan bola untuk melahirkan (birthing ball) agar membantu mempercepat proses.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar